KUNJUNGAN KE RSJ MAGELANG

Posted by Hunz's Private Page in

Sabtu, 6 Desember 2009 saya dan teman-teman sekelas mengunjungi Rumah Sakit Jiwa Magelang, kami berangkat dengan dua bus. Kami berkumpul tujuh, hanya saja sedikit terlambat sehingga kami berangkat pukul delapan lebih sedikit. Selama perjalanan menuju tujuan saya berbagi canda tawa bersama teman-teman, tak terasa kami sudah tiba di Magelang yang bertipe bangunan Belanda dan sangat rindang karena keberadaan pepohonan yang dirawat dengan baik. Kami di arahkan untuk berjalan ke aula dan berkumpul di aula RSJ.

Awalnya, saya merasa sangat bosan karena penasaran saat mendengar penjelasan dari salah satu psikolog RSJ Magelang. Akhirnya, saya dan teman sekelas di bimbing untuk mengunjungi beberapa bangsal yang ada di rumah sakit jiwa. Meski awalnya penasaran dan menggebu-gebu, ujung-ujungnya saya merasa ciut nyali ketika saya melihat dan melewati beberapa pasien yang sedang duduk dan berjalan di sekitar saya. Saya merasa takut, saya hanya membayangkan “bagaimana seandainya mereka menyerang saya beramai-ramai?”…, tapi hal itu tidak terjadi. Ketika melihat bangsal pelatihan bagi pasien saya terkagum-kagum melihat beberapa hasil rajutan para pasien. Pada dasarnya psikis mereka memang terganggu, tapi nyatanya mereka masih mampu melakukan hal-hal yang saya anggap hanya bisa dilakukan oleh orang yang “sehat” secara psikis. Jujur, saya juga merasa malu, karena saya, selaku orang yang sehat (Insya Allah) malah tidak bisa merajut seperti mereka. Selain itu, saya sempat menikmati alunan gamelan dan kenong yang dimainkan para pembimbing gamelan bagi para pasien. Meskipun saya tidak sempat menyaksikan performa para pasien saya tidak kecewa, karena melihat permainan dan gelagat para pembimbing sangat terampil.

Berikutnya saya berjalan bersama teman-teman dan menuju bangsal yang terdapat beberapa pasien di dalamnya, nyali saya sedikit menciut lagi, tapi berkat banyaknya teman-teman yang antusias untuk mengenal para pasien akhirnya saya berani juga masuk ke bangsal meski dengan perasaan was-was. Saya berdiri di seberang seorang pasien yang dikerumuni beberapa teman saya, saya lupa namanya. Meski begitu pasien tersebut memberikan kesan yang mendalam terhadap saya, kenapa begitu?? Ketika ia bercerita, saya tidak merasa bahwa ia adalah seorang pasien. Ia menceritakan bagaimana gejala dan dampak penyakit yang ia derita. Selain itu kondisinya sangat terawat dan tidak menunjukkan bahwa dirinya adalah seorang pasien. Yang sangat mengagetkan adalah ketika ia mengakui daerah asalnya yang juga merupakan daerah asal saya, saya langsung mengelus dada. Setelah berbincang-bincang dengannya akhirnya saya terpaksa pergi dan meneruskan acara. Meski awalnya saya takut mengenal dan bersalaman dengan para pasien, akhirnya dengan pasien yang satu itu saya berjabat tangan dan berpamitan, bahkan ia sempat tersenyum ramah dan mengucapkan selamat jalan pada saya dan teman-teman.

Ketika perjalanan kembali menuju aula saya selalu teringat akan pasien yang berjabat tangan dengan saya tadi, saya mencermati pasien lain yang berlalu lalang tidak jelas, rasanya mereka berbeda dengan pasien yang saya jabat tangannya tadi. Entah kenapa dengan pasien lain saya merasa takut, bahkan saya sempat beranggapan bahwa pasien yang sempat saya jabat tangannya bukanlah orang gila.

Setelah itu saya dan teman-teman berkumpul kembali di aula, kami melanjutkan acara dan masuk ke sesi tanya jawab seputar keadaan dan cara penanganan serta perawatan pasien. Dengan mata yang sangat berat karena mngantuk saya hanya samar-samar mendengarkan penjelasan dari psikolog RSJ. Akhirnya selesai sudah kepentingan kami, setelah kami berpamitan, kami menuju bus dan berkumpul lalu makan siang bersama. Lalu saya pulang bersama teman-teman, meski begitu masih banyak pertanyaan yang berkumpul di kepala saya.

Dari pengalaman kunjungan saya yang pertama kali ke Rumah Sakit Jiwa, kesimpulannya ternyata pasien-pasien yang “sakit” secara psikologis tidak jauh beda dari saya sebagai orang yang sehat secara psikis (Insya Allah). Di samping itu ternyata tidak mudah dalam menangani pasien, selain diperlukan kesabaran yang tinggi juga diperlukan ketelitian da ketekunan dalam mengidentifikasi gejala gangguan pasien dan menangani pasien. Semoga pengalaman saya bersama teman-teman menjadi bermanfaat bagi pemahaman akademis dan menjadi motivasi yang mendukung langkah kami ketika kami mendalami materi psikologi. Amin.

This entry was posted on Jumat, Desember 18, 2009 at 23.57 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the comments feed .

0 Leave Your Comment Here

Posting Komentar