Nah, lo, Bree...kayaknya hari ini aku dijadwalkan buat nulis postingan yang berkaitan dengan psikologi. Postingan ini bukan apa-apa, ini hanya merupakan hasil pemikiranku... Teringat tugas psikologi abnormal dan klinis kemarin Kamis, 17 Desember 2009, pertanyaan dari dosenku, pertanyaannya persis seperti judul postingan kali ini.
Apa jawabanku?
Begini jawabanku:

"Jika saya dimintai tolong untuk menangani para korban bencana alam secara spontan, maka tindakan pertama yang saya lakukan adalah mengumpulkan mahasiswa/i yang bersedia turut membantu yang nantinya akan dibentuk beberapa tim berdasarkan hasil musyawarah. Pembagian tim akan dilakukan untuk menangani korban yang dikategorikan dalam beberapa macam tingkatan, yaitu : lansia, dewasa/orang tua, remaja, dan anak-anak serta balita. Kenapa begitu?? Karena setiap tingkatan usia dalam psikologi memang memiliki tritmen yang berbeda, apalagi ketika ketika kita harus menangani seseorang yang mengalami trauma hebat.
Tentu saja setelah mengalami shock yang hebat semua korban membutuhkan perasaan aman dari bencana dan tenang. Usaha saya untuk mencairkan ketegangan tersebut yaitu dengan mengadakan forum bersama, kita berkumpul di tempat yang tidak mendorong perasaan trauma korban bencana muncul (contoh: mengadakan forum di lapangan terbuka untuk korban gempa, karena jika kita lakukan di ruang tertutup secara spontan korban akan merasa was-was apalagi bagi korban yang sempat terperangkap di dalam bangunan). Dalam forum tersebut saya akan mengadakan acara hiburan yang sederhana, contohnya menunjuk salah satu mahasiswa/i yang bisa bermain gitar dan bernyanyi untuk mendukung suasana refreshing, mengajak para korban untuk berbagi cerita, tentu saja saya juga akan menuturkan cerita-cerita yang membangkitkan agar mereka tergerak untuk mencurahkan isi hatinya.
Untuk penangan pada lansia akan saya fokuskan seperti forum tersebut, yaitu mengondisikan situasi aman dan ketenangan. Sementara itu untuk penanganan orang tua/dewasa akan saya ajak untuk bangkit menciptakan lapangan kerja bagi dirinya sendiri dan korban lainnya jika kemungkinan terburuk suatu bencana membuat mereka kehilangan pekerjaan mereka dan tentunya mendorong mereka untuk tidak menyerah. Sementara itu untuk kaum remaja saya akan melakukan trainning yang dapat membantu mereka mendorong bakat, kreatifitas, dan kecerdasan mereka serta motivasi bagi mereka, khususnya yang telah menjadi yatim piatu akibat bencana alam tersebut. Dengan harapan untuk menjadi pengganti sekolah, sehingga membuat mereka tetap memperluas wawasan sehingga mereka dapat fight dikemudian hari. Tentunya trimen untuk anak-anak dan balita tidak jauh beda, hanya saja saya akan memfokuskan kegiatan yang mendorong munculnya kreatifitas, bakat, dan terapi trauma bagi mereka, entah melalui permainan atau belajar sambil bermain.
Saya jadi teringat tentang cerita Kak Eza (nama lengkapnya saya lupa), tapi beliau pernah menjadi psikolog di daerah konflik, yaitu Poso, Sambas, dan Sampit. Pesan beliau adalah " Sebagai calon Psikolog tugas kalian sebagai Psikolog besok bukanlah menjadi pahlawan bagi mereka, tapi justru kalian harus membuat mereka menjadi pahlawan bagi dirinya sendiri"...plok...plok...plok....seribu tepuk tangan dari saya untuk Kak Eza.
Demikian jawaban dari saya, insya allah jika saya dihadapkan pada kondisi yang sebenarnya saya dapat bertindak dengan tepat. Amin."

Nah, begitulah jawaban singkat dariku, aku ngerasa masih ada yang kurang, tapi gak tau mananya yang kurang. maklum, namanya saja masih belajar, wajar dong... Setidaknya harapanku jika ada teman, calon psikolog atau psikolog yang gak sengaja mampir di posting ini tolong diberi saran dan kritik yang membangun. Makasih sebelumnya... ^^

This entry was posted on Jumat, Desember 18, 2009 at 23.59 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the comments feed .

0 Leave Your Comment Here

Posting Komentar